Rabu, 10 November 2021

Andree Putman Sang Desainer Interior I


 Di ruang kerjanya ada dua jendela tinggi menghadap pemandangan gereja antik Saint Paul. Dindingnya bercat putih dihias lukisan-lukisan abstrak dan beberapa dekorasi, salah satunya adalah hiasan dinding karya Jean-Pierre Ray naud terbuat dari keramik yang dibingkai. 

Andree Putman duduk di mejanya yang besar berbentuk bulan sabit hitam di antara ke dua jendela itu. Patung Afrika hitam ada di sisi kirinya dan tanaman anggrek tinggi putih ada di sebelah kanannya.

Andree Putman membalut tubuhnya yang ramping dan tinggi dengan busana jaket bergaris hitam dan rok mini hitam. Kakinya yang panjang dibungkus stocking gelap dengan sepatu bertumit tinggi. Ia tampak modern.

Wajahnya persegi dengan rambut pendek pirang yang sesekali menutupi matanya yang biru. Suaranya pelan tapi sangat jelas dan tegas. la selalu bersungguh-sung guh mendengarkan lawan bicaranya dan sangat berhati-hati dalam memberikan jawaban.

Busana karya siapa yang paling Anda sukai?

Saya suka Azzedine Alaia, Thierry Mugler dan Yohji Yo mamoto, tapi kadang-kadang memakai busana desain er lain. Saya bukan orang yang sangat mengikuti mo de, tapi saya punya busana favorit yang saya pakai dari musim ke musim, bertahun-tahun sejak saya membe linya. Sekarang ini busana merah atau hitam, panjang atau atau pendek, adalah suatu keharusan!

Anda punya warna atau model busana tertentu yang menjadi favorit?

Busana saya pada umumnya adalah stelan, rok panjang maupun pendek, celana panjang lurus pantalon cigaret tes maupun celana panjang yang sangat lebar. Saya su ka warna abu-abu, beige, putih dan hitam, dan ka dang-kadang saya memakai warna biru terang electric blue. Pendeknya, saya suka busana yang kuat dengan aksen yang berbicara.

Apa arti ECART bagi Anda?

Saya mendirikan ECART pada 1978. ECART adalah workshop untuk arsitektur, desain interior dan desain benda-benda. Sejak ECART didirikan, semua mulai beru bah pada diri saya. Workshop itu ditulis menjadi artikel di Jepang dan Amerika. 

Saya sangat terkenal di luar Prancis pada pertengahan '80an. Saya lalu harus membuat butik Yves Saint Laurent di Amerika. Saya juga diminta untuk menyelenggarakan pameran Eileen Gray di Metropolitan New York. Saya diperlakukan se perti Ratu, padahal yang jenius adalah Eileen Gray.

Ayah Andree Putman adalah seorang filosof dan ibu nya seorang pianis berbakat. "Ibu saya sangat mem bimbing saya sejak saya kanak-kanak sampai remaja. Sejak remaja, saya punya opini sendiri terhadap sesua tu yang tak dipengaruhi oleh orang-orang dewasa, dan ibu saya tidak kecewa akan sikap saya," cerita Andree. 

Ia menghabiskan masa kecilnya dengan belajar musik dan bermain piano, ia terus menerus menulis komposisi musik sampai menerima penghargaan dari Conserva tory of Paris. Pada suatu suatu hari neneknya member inya majalah yang berisi artikel-artikel tentang seni, teater, fashion, buku dan sebagainya. Ia sangat tertarik dan mulai bekerja di sebuah penerbitan majalah. Keter tarikannya pada rumah dan desain interior membuat nya diminta untuk menulis tentang rumah.

Apakah Anda hanya menulis tentang ru mah?

Tidak, lewat jurnalistik saya juga menambah pengeto huan saya tentang furniture dengan mewawancarai Knoll, desainer furniture modern, serta arsitek-arsitek hebat seperti Breuer dan Mies van der Rohe. 

Saya ber temu dengan orang-orang yang tertarik di bidang tulis menulis dan bertemu dengan penulis penulis berbakat seperti Samuel Beckett atau lonesco serta para pelukis yang belum terkenal namun namanya semakin menon jak, seperti Bram Van de Velde. Saya punya intuisi me ngenai para pelukis dan membeli karya-karya mereka sebelum harganya menjadi mahal.

Anda seorang wanita yang bekerja di dunia pria, pernahkah Anda merasa tertekan dengan situasi seperti itu?

Tidak Saya perlu menuturkan cerita kecil yang bukan hanya sungguh-sungguh terjadi. Saya pernah diminta seorang Amerika untuk menulis kata sambutan dalam buku karyanya tentang para wanita profesional yang bekerja se bagai arsitek dan desainer interior. 

Saya bertanya tentang isi buku itu dan ia menjawab bahwa buku itu me ngungkapkan tentang kesulitan wanita dalam mem bina karier di Amerika. Saya pikir, saya sedang bermimpi ketika ia mencoba meyakinkan bahwa seorang wo nita tidak bisa berada di karier paling tinggi di dalam profesinya karena selalu ada pria di jenjang atasnya Walaupun wanita menjadi seorang terkenal tapi ia tidak pernah menjadi bos. 

Saya sungguh tidak percaya tetapi ia meyakinkan saya bahwa ia seorang pakar sejarah dan sosiologi. Menu rutnya, semua wanita bercerita tentang kesedihan, per lakuan yang jelek, serta penghinaan yang mereka to sakan ketika mereka dinomorduakan oleh pria. 

Saya benar-benar membuatnya tertawa karena saya bilang bahwa saya tidak tahu tentang apa yang dikatakannya karena saya tidak pernah mengalaminya. Saya kato kan, mungkin karena saya tidak pernah melihat ada diskriminasi terhadap wanita maka saya tidak menga laminya. 

Tentu saya menyadari bahwa saya sering sen dirian di antara 4, 10 atau 14 pria pada suatu rapat, dan wanita lainnya adalah seorang sekretaris atau kar yawati muda yang tidak punya wewenang untuk meng ambil keputusan. 

Jadi tentu saya harus punya keteguh an, keberanian dan kenekatan dalam menempatkan diri saya dalam posisi yang tidak bisa dihina. Itulah mo del saya. Saya pikir para wanita harus berhenti meng anggap bahwa pria adalah makhluk yang mengerikan, seperti yang dilihat oleh para feminis pada '70an. 



Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.