Jumat, 23 Desember 2016

PRODUK PRODUK RAMAH LINGKUNGAN




Masyarakat modern kini semakin pandai dalam memilih produk karena mereka tidak ingin bumi yang tercinta ini semakin rusak terpolusi benda-benda yang tidak ramah lingkungan.

Berbagai usaha untuk melestarikan bumi tercinta telah banyak dilakukan masyarakat modern sekarang ini karena tingkat kesadaran dan kepedulian lingkungan mereka semakin tinggi. 

Usaha itu antara lain dengan memperkenalkan dan memakai produk-produk yang ramah lingkungan. Gejala mengkonsumsi produk ramah lingkungan ini kini menjadi trend di masyarakat dunia. 

Organisasi-organisasi peduli lingkungan pun semakin bersemangat menemukan dan memanfaatkan pohon-pohon hutan yang belum pernah digali sebelumnya-untuk dijadikan bahan baku produk-produk ramah lingkungan, seperti shampo, sabun, pengharum ruangan, suvenir sampai kancing. 

Salah satu organisasi yang cukup aktif itu antara lain Conservation International (CI) yang mempunyai branch di beberapa negara dan berpusat di Amerika.

"Conservation International mempunyai visi melindungi dan memanfaatkan sumber daya alam secara berkesinambungan serta mendayagunakan sumberdaya manusia di sekitar hutan tersebut. 

Jadi yang kami utamakan adalah kelangsungan kehidupan isi hutan dan kehidupan masyarakat lokalnya," kata Jatna Supriyatna PhD., Director Conservation International. Setelah mendapatkan bahan dari hutan Cl menghubungi

laboratonum laboratorium don perusahaan yang berminat mengembangkan dan mengemas bahan baku tersebut menjadi produk-produk ramah lingkungan Misalnya, memproduksi kancing yang berasal dari buah pohon Tagua-semacam pohon palem yang terdapat di Equador, Peru dan Brazil. Buah ini sebenarnya sejak dulu sudah dimanfaatkan sebagai jewelry oleh suku Indian di Amerika. 

Lalu Cl berpikir, produk ini kalau dijual akan laku keras asalkan desainnya dibuat menarik. Apalagi produk ini ramah lingkungan-tidak seperti kancing plastik yang tak bisa terurai di dalam tanah. 

Pengembangan nan timber product pun dilakukan Conservation International Amerika Selatan sejak tahun 90-an. Mereka juga meneliti tumbuh-tumbuhan apa saja yang bisa dikembangkan sehingga hasilnya juga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat sekitarnya.

 "Dan yang terpenting hutan-hutan tersebut tidak menggundul sehingga kehidupan tumbuh-tumbuhan tidak terhenti," ujar Jatna.

Buah Tagua yang tumbuh di hutan-hutan di Amerika Selatan itu diangkut suku Indian ke luar hutan dengan perahu, lalu mereka mengerjakan perbuatan kancing ini dengan bantuan tenaga mesin. "Pelatihan orang-orang Indian itu cukup memakan waktu lama. Jadi ada semacam koperasi yang mengatur dan

mempersiapkan masyarakatnya untuk bisa mengerjakan pembuatan kancing ini. Kemudia Conservation International mempersiapkan juga siapa yang menjadi pedagangnya di kota siapa yang menjadi
penerimanya," urai Jatna. 


Untuk link ke internasional Cl yang akan meneruskannya, seperti ke Jepang, Eropa, Amerika dan negara lainnya. "Selain itu, mash banyak lagi manfaat lain bisa diambil dari yang
tumbuh-tumbuhan hutan, seperti minyak dari Brazil Nut Oil dan Cohune Palm Oil bisa dibuat menjadi shampo, body lotion ataupun sabun mandi," katanya. 

Sementara Cl Indonesia sedang berusaha menerapkan
kegiatan-kegiatan seperti yang dilakukan di luar negeri. Apalagi dari segi biodiversity hutan tropis kita tidak kalah dengan hutan di Brazil. "Kami bersama LIPI dan lembaga-lembaga terkait lainnya

sedang menginventarisasi pohon-pohon yang ada di hutan Indonesia dan juga mencari minyak tumbuh-tumbuhan di Indonesia serta mempelajarinya, kata Jatna.

Selain itu, tambahnya, kita juga bekerja sama dengan organisasi grassroot yang bekerja di lapangan karena mereka lebih tahu persis apa yang dipakai dan dikerjakan penduduk desa serta cukup mengetahui kondisi hutan yang sesungguhnya. 

Agar semua ini bisa terlaksana, kesadaran dan peduli lingkungan masyarakat Indonesia pun harus ditingkatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.