Sally, 4, mendekap erat kaki ibunya di depan pintu kelas sambil air mata bercucuran di pipinya. Sally benar-benar menolak memijakkan kakinya ke dalam kelas. Sambil terus mendekap kaki ibunya, Sally terisak,"Saya mau pulang saja."
Ketika bu guru datang menyapanya, Sally menghindari tatapan gurunya dan berusaha menarik ibunya menjauhi ruang kelasnya. Situasi di balik masalah: Sedih berpisah mempunyai beberapa aspek, kata Dr Provenzano.
Anak-anak biasanya merasa sedih berpisah dengan orangtua, serba belum pasti untuk percaya pada teman sebayanya, dan merasa tidak aman dengan tuntutan dan rutinitas di dalam kelas. Rasa gelisah dan sedih seperti ini tidak selalu bisa reda sesudah beberapa minggu sekolah.
Juga bisa dengan mudahnya muncul lagi sesudah liburan yang membuat anak menjadi kembali terbiasa dengan suasana di rumah, kata William Pfohl, Psy.D., mantan direktur National Association of School Psychologist.
Peristiwa seperti hadirnya adik bayi, anggota keluarga yang sakit, atau perceraian, atau hanya karena merasa terlalu lelah, bisa menjadi pencetus anak menjadi tidak senang sekolah.
Hal yang bisa Anda lakukan: Tempelkan sehelai kartu pos atau kartu khusus atau foto Anda bersama anak Anda pada tas sekolahnya bisa membantu memudahkan masa transisi dari rumah ke sekolah.
Membuat rencana khusus yang akan dilakukan sesudah pulang sekolah juga bisa membantu. Yang juga harus diperhatikan adalah cara berpisah. Jika anak merasa orangtuanya tidak senang dengan guru atau sekolahnya, dia akan merasa tidak aman untuk berada di sana.
Ucapan selamat yang penuh keyakinan diri dari ayah dan ibu dapat membuat anak merasa tenang. Jika rasa sulit berpisah ini lebih sering terjadi daripada berpisah dengan baik-baik dan hal ini berlangsung lebih dari 3 atau 4 minggu, mungkin Anda harus bicara dengan psikolog sekolah atau bagian bimbingan dan penyuluhan sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.