Rabu, 03 November 2021

Review buku The Beggar


judul buku: Pengemis 

penulis: Naguib Mahfouz 

penerbit: Jakarta: Grafiti Pers, 1996 

tebal : 168 halaman

B uku berjudul Beggar yang ke mudian diterjemah kan menjadi Pengemis, sekilas terkesan agak ku rang pas. Tetapi jika menelaah lebih dalam makna tentang kepengemisan maka judul tadi refleksinya amat dalam.

Tokoh kisah ini adalah Omar al-Hamzawi, seorang pengacara yang memiliki seorang istri yang setia, Zaenab, dan dua anak perempuan nya: Buthayna dan Jamila. Omar dulunya seorang penyair dan juga aktivis politik pada revolusi Mesir pada 1952. Namun seiring perkem bangan politik yang tak juga memberikan harapan, ia jatuh dalam ke gelisahan dirinya.

Tak ada suatu penyakit yang dideritanya selain pencarian atas jati diri yang hilang. la jadi tak lagi ramah kepada istri dan anak-anaknya. Selain itu Omar pun terjebak dengan perselingkuhan yang makin membuatnya justru tak nyaman. Omar berkesimpulan bahwa dirinya memang sakit.

Pelarian diri dari kenyataan ini makin menyakitkan ketika ia me ngetahui anak perempuannya justru ingin menjadi penyair seperti di rinya, padahal Omar sudah ingin menyimpan hasrat seninya itu seba gai sampah saja. Dalam pencarian makna keterasingan hidup itu, Omar kerap bertanya pada dirinya sendiri, "Apa makna hidup ini se sungguhnya ?"

Tema keterasingan hidup manusia ini, pernah diuraikan dengan amat baik oleh filsuf Jerman, Herbert Marcuse dalam buku One Dimen sional Man. Industrialisasi, rasionalitas seringkali menggerus hidup manusia untuk menjadi bersikap monaton dan kehilangan rah hidup nya.

Yang lebih menyakitkan justru ketika masa muda Omar hidup de ngan idealisme yang dipercayainya, bahkan ikut mendukung kegiatan politik menggulingkan pemerintahan yang korup, namun keyakinan seperti itu menjadi luntur seinng perjalanan waktu. Jadi soat Omar bertemu dengan Othman, rekan seperjuangannya

NACULIS MAHFOuz

dulu yang baru keluar dari penjara, Omar semakin malu dengan dirinya ketika Othman menemukan banyak kemunduran dalam dirinya. Apakah ada obat untuk penyakit seper ti itu? Sungguh sulit menjawab nya. Rasa psikologis yang telah hilang itu amat sulit untuk dite mukan kembali. Idealisme yang telah tergerus, bak erosi yang di alami batu di kali, tak pemah okan kembali. Naguib Mah. fouz, penulis buku ini, ada lah sastrawan mashyur dant Mesir yang dengan karya ini meraih penghargaan Nobel Kesusastraan pada 1988.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.