Sering anak mendapatkan pesan, bahwa mereka salah, mementingkan diri sendiri atau manja jika meminta lebih atau karena marah ketika mereka tidak mendapatkan apa yang inginkan. Kita terlalu cepat mengajarkan pentingnya kebajikan. "Bersyukurlah dengan apa yang kamu miliki," begitu kata kita. Orangtua yang positif berarti mengajari anak-anaknya cara meminta apa yang mereka inginkan dengan tetap menghormati orang orang lain. Orangtua, tentu saja harus bisa berkata tidak. Hal ini akan membuat anak-anak jadi tahu, kalau mereka meminta tidak berarti pasti akan mendapatkannya, tapi hal ini tidak membuat mereka malu untuk mencoba.
Menyatakan sesuatu secara terus terang membuat anak bisa mengembangkan keterampilan negosiasi yang luar biasa. Kebanyakan orang dewasa merupakan negosiator yang sangat lemah. Kita tak pernah meminta kecuali jika kita tahu jawabannya adalah 'ya'. Jika ditolak, kita langsung pergi dengan menahan kemarahan di dalam hati atau langsung mengungkapkannya dengan marah-marah.
Anak-anak belajar untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dia tak akan menerima jawaban tidak begitu saja. Ada perbedaan besar antara dimanipulir anak yang banyak merengek dan termotivasi oleh anak yang merupakan negosiator ulung. Anda tentu saja harus menetapkan batasan sejauh mana negosiasi itu bisa berjalan.
Hal ini terutama penting untuk anak perempuan, saat ini banyak wanita yang merasa tidak berdaya karena mereka tak pernah diizinkan untuk meminta lebih. Mereka diajari untuk lebih memperhatikan keperluan orang orang lain. Dan marah karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan adalah perbuatan yang memalukan.
Karena itu, daripada meminta lebih, mereka malah memberi lebih dan mengharap bisa menerima balasannya dari seseorang. Ketidakmampuan untuk meminta langsung membuat mereka tidak k bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan, baik di tempat F kerja, maupun dalam hubungan cinta.
Anak laki mungkin tidak perlu meminta izin jika ingin meminta lebih, tapi mereka harus mendapat dukungan ekstra jika mereka tidak berhasil mendapatkannya. Sering tejadi, seorang anak akan menetapkan tujuannya tinggi-tinggi, dan orangtua akan mencoba bicara kepadanya untuk menurunkan tujuannya karena ingin melindungi anaknya dari rasa kecewa.
Yang tidak disadari orangtua adalah, bisa mengatasi rasa kecewa lebih penting dibanding berhasil meraih tujuan. Bagi anak laki-laki, hal terbaik yang bisa dilakukan orangtua adalah menanyakan apa yang terjadi dan mendengarkan secara empatik sambil bersikap ekstra hati hati dalam hal memberikan saran saran.
Ibu-ibu sering membuat kesalahan dengan bertanya terlalu banyak. Anak laki-laki yang dipaksa untuk bicara banyak justru akan berhenti bicara sama sekali. Dan jika diberi saran, mereka akan membantah. Di saat merasa terpukul, dia tidak perlu orang yang membuatnya merasa lebih buruk lagi dengan memberitahu cara menyelesaikan masalah atau menjelaskan panjang lebar tentang kesalahan mereka.
Sebagai contoh, anak merasa kecewa tidak berhasil mendapat ranking di sekolahnya dan Anda berkata dengan penuh kasih sayang, "Saya pikir, kalau kamu kurangi nonton tv, dan belajar lebih rajin, kamu pasti bisa dapat ranking. Sebenarnya kamu itu anak pintar." Anda merasa telah melakukan sesuatu yang penuh kasih sayang, tapi hasilnya, justru sebaliknya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.