A nda mungkin pernah mengalami hal ini. Saat menengah atas, Anda ingin segera lulus dan mulai kuliah. Lalu ingin segera diwisuda dan mulai bekerja. Saat bekerja, Anda ingin menikah dan punya anak.
Sesudah punya bayi, Anda ingin bayi Anda cepat besar, pergi ke sekolah, bisa mengurus dirinya sendiri sehingga Anda bisa kembali bekerja dengan tenang. Sesudah itu, Anda mungkin ingin cepat pensiun.
Begitu seterusnya. Kita selalu punya keinginan di hari esok, sampai lupa untuk hidup pada hari ini. Jika Anda pernah mengalaminya, Anda tidak sendiri.
Menurut Barbara de Angelis, Ph.D., dalam bukunya Real Moments, sejak paruh kedua abad ke-20, orang-orang Amerika, terutama, menjadi sangat pandai hidup untuk hari esok sampal kebanyakan orang hanya punya sedikit waktu untuk hidup saal ini.
Sebagai contoh, kita merencanakan atau mencemaskan masa depan dan sebelum kita mengetahuinya. kehidupan sudah berlalu dan kita baru sadar, bahwa kita terlalu sibuk dan asyik dengan apa yang sudah terjadi atau apa yang kita inginkan terjadi sampai kita lupa menikmati apa yang sedang terjadi setiap saat.
Kita menjadi ahli hidup, tapi kesulitan menikmati secara penuh dengan kehidupan yang kita jalani saat ini. Kita mempersiapkan karier kita, mempersiapkan liburan, akhir pekan, masa pensiun. Jika dijumlah semua, kita sedang mempersiapkan hidup kita untuk berakhir.
Masalah yang timbul akibat terlalu pandai hidup untuk masa depan adalah, kita jadi terbiasa untuk tidak berada pada saat ini. Jika apa yang kita rencanakan terjadi: liburan, promosi, pesta dan sebagainya, kita tak tahu bagaimana cara menikmatinya.
Saat yang kita rencanakan berlangsung, kita malah mengharap hal itu cepat selesai dan menganggapnya sebagai tugas yang harus dilaksanakan. Tapi sesudah itu kita merasa heran, mengapa kita merasa tidak puas.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.