Ketika Passion Menjadi Sasaran Bullying Online
Bermain dan belajar di dunia musik online terlihat menyenangkan, tapi pengalaman pribadiku mengajarkanku bahwa tidak semua interaksi digital aman.
Awal Kenalan dengan Penggemar Musik
Aku mulai mengenal seorang pria tua dari Indonesia yang sering meminta aku membuat minus one lagu-lagu langka. Aku membuatnya dengan senang hati, berpuluh-puluh minus one, kemudian menyanyikannya sambil berbagi di platform musik. Kami saling chatting di direct message dan awalnya terasa normal.
Berbagi Tips Nyanyi yang Disalahartikan
Suatu kali dia menanyakan bagaimana caraku belajar nyanyi dengan mudah. Aku berbagi teknik yang aku gunakan: memakai dua HP dan dua earphone, satu HP plus earphone plus mic untuk musik Smule di telinga kiri, dan satu HP plus earphone untuk mendengar penyanyi asli di telinga kanan. Sayangnya, informasi ini kemudian disalahartikan dan menjadi bahan gosip.
Fitnah dan Bullying
Setelah aku menolak undangan bertemu di restoran yang dia tunjuk, perilakunya berubah menjadi menyudutkan. Beberapa bentuk bullying yang aku alami antara lain:
- Menyatakan cara belajarku mustahil dan meragukan teknikku.
- Menyatakan nyanyian Mandarin-ku tidak jelas, meski aku berlatih dengan sungguh-sungguh.
- Mengaitkan prestasiku dengan penampilan fisik, menyatakan aku pantas juara karena "cantik", padahal dia tidak pernah melihat wajahku.
- Menyatakan usiaku sama dengannya hanya karena aku bisa menyanyikan banyak lagu lama.
- Meragukan kemampuan membaca dan menulis Mandarin-ku.
Semua komentar dan tuduhan ini merupakan bentuk bullying digital dan fitnah yang membuatku sadar bahwa berbagi pengalaman atau kemampuan di dunia online bisa menjadi sasaran orang yang tidak menghargai usaha orang lain.
Pelajaran dari Pengalaman Ini
Pengalaman ini mengajarkanku beberapa hal penting:
- Berhati-hati dalam berbagi informasi pribadi atau teknik: meski niat baik, tetap bisa disalahartikan.
- Fokus pada kualitas diri sendiri: jangan terlalu dipengaruhi penilaian orang yang salah memahami atau iri.
- Jaga kesehatan mental: karena bullying digital bisa sangat melelahkan secara emosional.
- Kesadaran bahwa tidak semua orang menghargai prestasi kita: tapi itu tidak mengurangi nilai diri kita.
Aku menulis kisah ini bukan untuk menuding siapa pun secara pribadi, tetapi untuk berbagi pengalaman nyata bahwa berbagi passion online juga bisa menghadirkan risiko. Kesadaran dan kewaspadaan adalah kunci untuk tetap aman dan percaya diri di dunia digital.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.